Rabu, 07 Mei 2014

KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

MICRO TEACHING
JUDUL : KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Dosen Pengampu : Drs. Erdi Indra
KELOMPOK 5:
1.       RAUDATUL JANNAH
2.       RISKA DESLINA SAFITRI
3.       YULIA
4.       YOFIE ANUGRAH

Pogram Studi        :  PGMI
Lokal                    :  A
Semester              :  VI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2013 / 2014
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

A.  PENGERTIAN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Dalam dunia pendidikan keterampilan variasi bukanlah suatu kata yang asing atau suatu kata baru terutama dalam kegiatan pembelajaran, sebagai guru maupun calon guru harus mengetahui apa makna ketrampilan mengadakan variasi itu sebenarnya. Berikut beberapa pengertian keterampilan mengadakan varias:.
1.        Menurut kamus Bahasa Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam melaksanakan tugas.[1] Sedangkan Variasi berarti selingan.[2]  Jadi keterampilan mengadakan variasi  ialah kecakapan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran untuk diketahui atau dipahami oleh peserta didik dengan cara berseling-seling agar peserta didik lebih mudah mengetahui atau memahami pembelajaran. maksudnya berseling-seling ialah guru mengunakan cara yang berbeda-beda dalam menyampaikan pembelajaran yang tidak monoton dengan satu cara saja.
2.    Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya“ Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching” ketrampilan mengadakan Variasi ialah suatu kegiatan guru dalam mengenal konteks interaksi belajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Untuk sebagai calon guru perlu melatih agar menguasai keterampilan tersebut agar nantinya menjadi guru yang profesional yang benar-benar menjalankan tugasnya, sehingga kemajuan pendidika dinegara Indonesia semakin meninggkat dan tidak tertinggal lagi oleh negara-negara lain.[3]
3.    Menurut Didi Supardie dan Deni Darmawan dalam bukunya“Komunikasi Pembelajaran” Keterampilan mengadakan Variasi ialah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kondisi belajar sehingga pembelajaran selalu menarik dan efektif.[4]
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi ialah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru serta diamalkan oleh guru tersebut dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga peserta didik tertarik dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan mengajar Kejenuhan atau kebosanan sering dialami oleh peserta didik. Ditambah lagi kondisi ruangan yang tidak nyaman, guru yang kurang menyejukkan hati peserta didik dan materi yang diajarkan kurang menarik, hal ini merupakan hal yang tidak diingikan atau dikehendaki oleh peserta didik, sesuatu yang membosankan merupakan sesutu yang tidak menyenangkan. Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum tentu mengatasi persoalan yang terjadi, namun dengan bervariasinya kegiatan pembelajaran yang diberikan akan menghilangkan kejenuhan atau kebosan peserta didik, karena setiap anak memerlukan variasi untuk perkembangannya dalam pembelajaran, karena pada peserta didik terutama SD/MI, merupakan masa dimana aspek perkembangan kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ) tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.

B.  TUJUAN DAN MANFAAT KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Setiap usaha atau upaya yang dilakukan oleh guru pasti meiliki tujuan dan maanfaat. Pengunaan Variasi dalam mengajar terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa.
Adapun tujuan mengadakan variasi dalam mengajar ialah:
1.    Meningkatkan dan memlihara perhatian siswa terhadap relevansi dalam kegiatan pembelajaran
2.    Memberikan keseempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
3.    Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4.    Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual.
5.    Mendorong anak didik untuk belajar.[5]
Selain memiliki tujuan variasi dalam mengajar juga memiliki manfaat diantaranya:
1.    Menumbuhkan perhatian peserta didik.
2.    Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran.
3.    Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk sikap positif bagi peserta didik terhadap guru.
4.    Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.
5.    Melayani keinginan dan pola belajar peserta didik yang berbeda-beda.[6]

C.  PRINSIP-PRINSIP KETERAMPILAN MEGADAKAN VARIASI
Dalam keterampilan mengadakan variasi seorang guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsipnya yang bertujuan untuk tercapainya sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran.
  Adapun prinsip-prinsip keterampilan mengadakan variasi yaitu:
1.    Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relavan dengan tujuan yang hendak dicapai
2.    Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak perhatian siswa dan tidak menganggu pelajaran
3.    Direncanakan secara baik dan secara ekplisit dicantumkan dalam RPP.[7]
Selanjutnya menurut Marno dan M. Idris Ada beberapa prinsip-prinsip dalam keterampilan mengadakan variasi yaitu:
1.    Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2.    Kontinue dan fleksibelitas, artinya variasi digunakan secara terus menerus dan sesuai kondisi.
3.    Antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru.
4.    Relevan dengan tingkat perkembangan siswa.[8]

D.  KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Dalam keterampilan mengadakan variasi guru harus juga memperhatikan komponen-komponennya, agar guru lebih mudah mengunakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa komponen didalam keterampilan mengadakan variasi mengajar diantaranya:
1.    Variasi dalam gaya mengajar guru
2.    Variasi dalam pengunaan media dan bahan
3.    Variasi pola interaksi.[9]
Setiap komponen yang ada memiliki peranan dan  pengunaan yang berbeda-beda sesuai dengan aturannya masing-masing.
Berikut uraian dari ketiga komponen tersebut
1.    Variasi Dalam Gaya Mengajar Guru
Guru mengajar merupakan aktivitas guru saat mengajar. Apabila seorang guru dapat melakukan variasi dalam kegiatan pembelajaran dengan baik maka akan sangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat peserta didik, membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar. Mengadakan variasi bukanlah dengan gaya sembarangan, seperti mengadakan lelucon atau sandiwara, tetapi perlu disesuaikan situasi dan kondisi kegiatanpembelajaran secara tepat serta kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain dilakukan dengan cara wajar tidak perlu berlebihan.
Variasi dalam menagajar guru meliputi:
a.    Pengunaan Variasi Suara
Variasi suara merupakan perubahan yang terjadi pada nada suara. Dalam mengajar guru tidak boleh menoton mengunakan nada suara itu saja, apa bila guru tidak memvariasikan suaranya maka peserta didik akan bosan dan mengantuk. Seperti halnya menyanyi dalam mengajar juga memerlukan suara yang berubah-berubah. Maksudnya nada berubah-rubah itu ialah:
ü dari rendah kesedang dan ketinggi
ü dari tinggi kesedang dan kerendah
ü dari lambat kecepat dan dari cepat kelambat
ü suara disaat sedih kegembira dan dari gembira kesedih
Memvariasikan suara bertujuan supaya peserta didik sebagai pendengar semangat dan tidak bosan serta membuat peserta didik suka mendengarkan apa yang guru sampaikan dalam kegiatan pembelajran.

b.    Pemusataan perhatian peserta didik
Pemusatan perhatian peserta didik bertujuan untuk memfokuskan peserta didik atas apa yang ingin guru sampaikan atau jelaskan. Pemusatan perhatian sering dilakukan oleh guru dengan perkataan seperti
·      Perhatikanlah ini baik-baik
·      Nah ini penting sekali
·      Dengarkan baik-baik
·      Lihat ini
·      Ini sangat suli
Pemusatan perhatian yang dilakukan oleh guru tersebut dapat dilakukan secara verbal atau non verbal.
c.    Kesenyapan
Kesenyapan merupakan keaadan tenang. Hal ini sering dilakukan saat guru mengajar secara tiba-tiba dan sengaja, perubahan stimulus dari adanya suara menjadi senyap. Kensenyapan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, karena membuat siswa ingin tahu apa yang terjadi.
Kesenyapan ini dapat dilakukan oleh guru dengan  memberikan siswa tugas untuk dikerjaan.

d.   Mengadakan kontak pandang dan gerak
Disaat mengajar kontak pandang merupakan cara terbaik untuk melihat peserta didik agar terfokus atau menarik perhatiannya kepada apa yang disampaikan, kontak pandang sebaiknya dilakukan oleh guru kesemua mata peserta didik. Selain menarik perhatian peserta didik dengan kontak pandang guru juga dapat mengecek pemahaman siswa serta mencerminkan keakraban anatara guru dan siswa dalam mengajar.
Kontak pandag tidak hanya dilakukan guru disaat menyampaikan pembelajaran saja tetapi juga melakukan kontak pandang disaat peserta didik berbicara hal ini bertujuan agar peserta didik merasa diperhatikan.

e.    Gerakan badan dan mimik
Mengadakan variasi dalam gerakan badan dan mimik dapat menyampaikan maksud atau pesan yang ingin disampaikan guru meskipun tidak diucapkan langsung secara lisan.
Gerakan badan dan mimik dapat dijadikan sebagai alat komunikasi yang lebih efektif dibandingkan dengan kata-kata yang sulit dimengerti peserta didik atau kata-kata yang bertele-tele hanya akan memperlambat penyampaian pesan yang dimaksudkan. Gerakan badan dan mimik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
ü Ekspresi Wajah, sepert: tersenyum, mengerutkan kening dan lain sebagainya
ü Gerakan kepala, seperti: mengeleng, mengganguk dan lain sebagainya
ü Gerakan tangan, seperti: mengacungkan jempol, bertepuk tangan dan lain sebagainya
ü Gerakan bahu, seperti: menggangkat bahu
ü Gerakan badan secara keseluruhan, seperti berdiri kaku, gerakan mendekati dan lain sebagainya.
Dalam melakukan gerakan badan dan mimik ini haruslah sesuai dengan keadaan guru ataupun peserta didik dan tujuan yang ingin disampaikan.

f.     Pengantian posisi guru dalam kelas
Variasi posisi guru dalam kelas dapat dilakukan dengan mempertahankan perhatian peserta didik, pengantian posisi dapat dilakukan dengan:
ü Kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang duduk
ü Kesamping kiri dan kanan peserta didik
ü Berjalan kebelakang dan kedepan
Walaupun guru harus melakukan pengantian posisi, bukan berarti guru harus selalu bergerak kesana kemari ada kalanya guru juga berdiam saja ditempat agar peserta didik tidak menjadi binggung atau pusing dengan posisi guru yang selalu berubah.[10]

2.    Variasi dalam Pengunaan Media dan Bahan
Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “ tengah, perantara atau pengantar” atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Garlach dan Ely ( 1971 ) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik memperoleh pengetahuan sikap dan keterampilan.[11]
 Variasi pengunaan jenis media yang satu kepada jenis lain mengharuskan anak menyesuaikan alat indera sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena setiap anak perbedaan kemampuan dalam mengunaan alat inderanya ada yang suka mendengar ada yang suka melihat dan lain sebagainya.
Media dan bahan yang digunakan dapat menambah rasa ingin tahu peserta didik pengunaan  media dan bahan yang relavan dengan tujuan pengajaran dapat meninggkat hasil belajar sehingga lebih bermakna dan tahan lama. Media dan bahan yang akrab dalam dunia pendidikan ialah media dan bahan yang berbentuk cetak, meskipun demikian guru dapat memvariasikannya dengan media bentuk lain.[12]
Adapun variasi dalam pengunaan media dan bahan antara lain sebagai berikut:
a.    Variasi media dan bahan yang dapat dilihat ( Visual )
Media yang dapat dilihat ini, pada dasarnya bertujuan untuk manarik  perhatian peserta didik untuk melihat dan serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik pada penglihatan. Media dan bahan yang dapat dilihat yaitu berupa: Gambar, film, slide dan lain sebagainya.

b.    Variasi Media dan bahan yang dapat didengar ( Audio )
Media yang dapat dilihat ini, pada dasarnya bertujuan untuk manarik  perhatian peserta didik untuk mendengar dan serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik pada pengdengaran. Media dan bahan yang dapat didengar yaitu berupa: Rekaman suara, radio dan lain sebagainya.

c.    Variasi media dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan
( motorik )
Media dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan ini bertujuan untuk melibatkan peserta didik  membentuk dan memperagakan kegiatannya. Media dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan yaitu berupa: boneka, topeng dan lain sebagainya.[13]
Selain itu Dilihat dari variasi pengunaannya media dan bahan dapat digunakan secara perorangan, kelompok peserta didik dan jumlah peserta didik yang sangat banyak.[14]


3.    Variasi Pola Interaksi
Pola interaksi guru dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam coraknya. Variasi dalam pola interaksi bertujuan untuk menghindari kebosanan dan menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu pola interkasi yang diterapkan guru dalam kelas dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Interaksi belajar mengajar dapat digunakan dengan mengunakan strategi yang bervariasi. Pengunaan variasi pola interaksi harus mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam variasi dituntut adanya pola hubungan tertentu dengan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.polahubungan tersebut disebut dengan pola interkasi.  Ada tiga macam pola interaksi yaitu:
a.    Pola guru dengan peserta didik
Dalam pola interkasi ini guru melakukan atau menyelenggarakan dialog dengan seluruh peserta didik, apabila guru memunculkan pertanyaan, maka pertanyaan tersebut ditujukan kepada seluruh kelas atau seluruh peserta didik bukan kepada peserta didik secara individu.

b.    Pola guru dengan peserta didik secara individu
Dalam pola interkasi ini baik pertanyaan maupun pernyaan guru langsung ditujukan kepada salah seorang peserta didik tertentu tidak untuk semua peserta didik, sehingga selanjutnya terjadi dialog dua arah

c.    Pola peserta didik dengan peseta didik
Setelah guru memberikan pengarahan atau pengantar kemudian dilontarkan permasalahan ke kelas agar terjadi diskusi antara peserta didik dalam mengupas atau menyelesaikan suatu permasalahan [15]

E.   KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

1.    Kelebihan
Setiap keterampilan yang digunakan oleh guru tentu memiliki kelebihan-kelebihan sehingga guru menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, adapun kelebihan dari keterampilan mengadakan variasi diantaranya:
ü Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan baik bagi guru maupun bagi peserta didik.
ü Peserta didik menjadi semangat, penuh perhatian serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
ü Tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien.

2.    Kekurangan
Selain memiliki kelebihan keterampilan mengadakan variasi tentunya  juga memiliki berbagai kekurangan-kekurangan. Kekurangan ini sering terjadi karena guru yang kurang terampil atau kurang mampu menerapkan keterampilan mengadakan variasi, sehingga muncullah permasalahan-permasalahan diantaranya:
ü Apabila guru salah atau keliru dalam mengadakan variasi yang dilakukannya, maka peserta didik juga akan salah penafsirannya dari pesan yang ingin disampaikan oleh guru.
ü Apabila guru berlebih-lebihan dalam mengadakan variasi, maka pelajaran akan tergangu dan tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai secara efektif dan efisien.
ü Tidak semua siswa dapat menerima variasi yang diberikan oleh guru, sehingga kadang siswa malah binggung dengan adanya variasi.


DAFTAR PUSTAKA

Bambang Marhijanto.  1999.  Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini. Surabaya:  Terbit Terang.
Ahmad Sabri .T.Thn Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. T.Tmpt: T.P.
Didi Supriadie.  2012. Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran.  Bandung: PT Rosdakarya.
Syaiful Bahri Djamarah. Aswan Zain. 1996 Strategi Belajar Mengajar. Edisi Baru  Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2006 Aswan Zain. 1996 Strategi Belajar Mengajar. Edisi Revisi Jakarta: PT Rineka Cipta.
Zainal Amir. 2010. Micro Teaching.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Eni Purwati, dkk. 2009. Microteaching LAPIS PGMI.  Surabaya: Aprinta.
Azhar Arsyad. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Deni Darmawan. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:  Kencana Prenada Media Group.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya sangat Penting dalam Menyampaikan Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
E Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moh. Uzer Usma. 2010. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Buchari Alma. 2009. Guru professional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2011. Model-Meodel Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


[1] Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, ( Surabaya:  Terbit Terang, 1999 ) hlm. 306
[2]  Ibid. Hlm. 317
[3] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, ( T.Tmpt: T.P, T.Thn ) hlm. 94.
[4] Didi Supriadie,  Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, ( Bandung: PT Rosdakarya, 2012) hlm. 156.
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Edisi Baru, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996 ) hlm. 181-185.
[6] Zainal Amir, Micro Teaching, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012 ) hlm. 86.
[7] Ahmad Sabri, Op.Cit. hlm. 95.
[8] Eni Purwati, dkk, Microteaching LAPIS PGMI, ( Surabaya: Aprinta, 2009 ) hlm. 8-9
[9] Ibid.
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. hlm. 188-190.
[11] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Rajawali Press, 2010 ) hlm. 3.
[12] Deni Darmawan, Inovasi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012 ) hlm. 44.
[13] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta:  Kencana Prenada Media Group, 2009 ) hlm.  41.
[14] Daryanto, Media Pembelajaran Peranannya sangat Penting dalam Menyampaikan Tujuan Pembelajaran, ( Yogyakarta: Gava Media, 2010 ) hlm. 187.
[15] Eni Purwanti, Op.Cit. hlm. 8-13 – 8-14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar