MICRO
TEACHING
JUDUL
: KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Dosen
Pengampu : Drs. Erdi Indra
KELOMPOK
5:
1. RAUDATUL
JANNAH
2. RISKA
DESLINA SAFITRI
3. YULIA
4. YOFIE
ANUGRAH
Pogram
Studi : PGMI
Lokal
: A
Semester :
VI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2013
/ 2014
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN
MENGADAKAN VARIASI
A. PENGERTIAN
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Dalam
dunia pendidikan keterampilan variasi bukanlah suatu kata yang asing atau suatu
kata baru terutama dalam kegiatan pembelajaran, sebagai guru maupun calon guru
harus mengetahui apa makna ketrampilan mengadakan variasi itu sebenarnya.
Berikut beberapa pengertian keterampilan mengadakan varias:.
1.
Menurut kamus Bahasa
Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam
melaksanakan tugas.[1]
Sedangkan Variasi berarti selingan.[2] Jadi keterampilan mengadakan variasi ialah kecakapan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran
untuk diketahui atau dipahami oleh peserta didik dengan cara berseling-seling
agar peserta didik lebih mudah mengetahui atau memahami pembelajaran. maksudnya
berseling-seling ialah guru mengunakan cara yang berbeda-beda dalam
menyampaikan pembelajaran yang tidak monoton dengan satu cara saja.
2. Menurut
Ahmad Sabri dalam bukunya“ Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching” ketrampilan
mengadakan Variasi ialah suatu kegiatan guru dalam mengenal konteks interaksi
belajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi
belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta
penuh partisipasi. Untuk sebagai calon guru perlu melatih agar menguasai
keterampilan tersebut agar nantinya menjadi guru yang profesional yang
benar-benar menjalankan tugasnya, sehingga kemajuan pendidika dinegara Indonesia
semakin meninggkat dan tidak tertinggal lagi oleh negara-negara lain.[3]
3. Menurut
Didi Supardie dan Deni Darmawan dalam bukunya“Komunikasi Pembelajaran” Keterampilan
mengadakan Variasi ialah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan
kondisi belajar sehingga pembelajaran selalu menarik dan efektif.[4]
Dari
beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi
ialah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru serta diamalkan oleh guru
tersebut dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik sehingga peserta didik tertarik dan ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dalam
kegiatan mengajar Kejenuhan atau kebosanan sering dialami oleh peserta didik.
Ditambah lagi kondisi ruangan yang tidak nyaman, guru yang kurang menyejukkan
hati peserta didik dan materi yang diajarkan kurang menarik, hal ini merupakan
hal yang tidak diingikan atau dikehendaki oleh peserta didik, sesuatu yang
membosankan merupakan sesutu yang tidak menyenangkan. Dengan memperbaiki gaya
mengajar saja belum tentu mengatasi persoalan yang terjadi, namun dengan
bervariasinya kegiatan pembelajaran yang diberikan akan menghilangkan kejenuhan
atau kebosan peserta didik, karena setiap anak memerlukan variasi untuk perkembangannya
dalam pembelajaran, karena pada peserta didik terutama SD/MI, merupakan masa
dimana aspek perkembangan kecerdasan
(IQ, EQ, dan SQ) tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.
B. TUJUAN
DAN MANFAAT KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Setiap
usaha atau upaya yang dilakukan oleh guru pasti meiliki tujuan dan maanfaat.
Pengunaan Variasi dalam mengajar terutama ditujukan terhadap perhatian siswa,
motivasi dan belajar siswa.
Adapun
tujuan mengadakan variasi dalam mengajar ialah:
1. Meningkatkan
dan memlihara perhatian siswa terhadap relevansi dalam kegiatan pembelajaran
2. Memberikan
keseempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
3. Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4. Memberikan
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual.
5. Mendorong
anak didik untuk belajar.[5]
Selain
memiliki tujuan variasi dalam mengajar juga memiliki manfaat diantaranya:
1. Menumbuhkan
perhatian peserta didik.
2. Melibatkan
peserta didik berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran.
3. Dengan
bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk
sikap positif bagi peserta didik terhadap guru.
4. Dapat
menanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.
5. Melayani
keinginan dan pola belajar peserta didik yang berbeda-beda.[6]
C. PRINSIP-PRINSIP
KETERAMPILAN MEGADAKAN VARIASI
Dalam
keterampilan mengadakan variasi seorang guru harus memperhatikan dan
mempertimbangkan prinsip-prinsipnya yang bertujuan untuk tercapainya sasaran
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun
prinsip-prinsip keterampilan mengadakan variasi yaitu:
1. Variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relavan dengan tujuan
yang hendak dicapai
2. Variasi
harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak
perhatian siswa dan tidak menganggu pelajaran
3. Direncanakan
secara baik dan secara ekplisit dicantumkan dalam RPP.[7]
Selanjutnya
menurut Marno dan M. Idris Ada beberapa prinsip-prinsip dalam keterampilan
mengadakan variasi yaitu:
1. Relevan
dengan tujuan pembelajaran.
2. Kontinue
dan fleksibelitas, artinya variasi digunakan secara terus menerus dan sesuai
kondisi.
3. Antusiasme
dan hangat yang ditunjukkan oleh guru.
4. Relevan
dengan tingkat perkembangan siswa.[8]
D. KOMPONEN-KOMPONEN
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Dalam
keterampilan mengadakan variasi guru harus juga memperhatikan
komponen-komponennya, agar guru lebih mudah mengunakan variasi dalam kegiatan
pembelajaran. Ada beberapa komponen didalam keterampilan mengadakan variasi
mengajar diantaranya:
1. Variasi
dalam gaya mengajar guru
2. Variasi
dalam pengunaan media dan bahan
3. Variasi
pola interaksi.[9]
Setiap
komponen yang ada memiliki peranan dan pengunaan yang berbeda-beda sesuai dengan
aturannya masing-masing.
Berikut
uraian dari ketiga komponen tersebut
1. Variasi
Dalam Gaya Mengajar Guru
Guru
mengajar merupakan aktivitas guru saat mengajar. Apabila seorang guru dapat
melakukan variasi dalam kegiatan pembelajaran dengan baik maka akan sangat
berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat peserta didik,
membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar. Mengadakan variasi bukanlah
dengan gaya sembarangan, seperti mengadakan lelucon atau sandiwara, tetapi
perlu disesuaikan situasi dan kondisi kegiatanpembelajaran secara tepat serta
kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain dilakukan dengan cara wajar
tidak perlu berlebihan.
Variasi
dalam menagajar guru meliputi:
a. Pengunaan
Variasi Suara
Variasi suara merupakan perubahan yang
terjadi pada nada suara. Dalam mengajar guru tidak boleh menoton mengunakan
nada suara itu saja, apa bila guru tidak memvariasikan suaranya maka peserta
didik akan bosan dan mengantuk. Seperti halnya menyanyi dalam mengajar juga
memerlukan suara yang berubah-berubah. Maksudnya nada berubah-rubah itu ialah:
ü dari
rendah kesedang dan ketinggi
ü dari
tinggi kesedang dan kerendah
ü dari
lambat kecepat dan dari cepat kelambat
ü suara
disaat sedih kegembira dan dari gembira kesedih
Memvariasikan suara bertujuan supaya
peserta didik sebagai pendengar semangat dan tidak bosan serta membuat peserta
didik suka mendengarkan apa yang guru sampaikan dalam kegiatan pembelajran.
b. Pemusataan
perhatian peserta didik
Pemusatan perhatian peserta didik
bertujuan untuk memfokuskan peserta didik atas apa yang ingin guru sampaikan
atau jelaskan. Pemusatan perhatian sering dilakukan oleh guru dengan perkataan
seperti
· Perhatikanlah
ini baik-baik
· Nah
ini penting sekali
· Dengarkan
baik-baik
· Lihat
ini
· Ini
sangat suli
Pemusatan
perhatian yang dilakukan oleh guru tersebut dapat dilakukan secara verbal atau
non verbal.
c. Kesenyapan
Kesenyapan merupakan keaadan tenang. Hal
ini sering dilakukan saat guru mengajar secara tiba-tiba dan sengaja, perubahan
stimulus dari adanya suara menjadi senyap. Kensenyapan ini bertujuan untuk
menarik perhatian siswa, karena membuat siswa ingin tahu apa yang terjadi.
Kesenyapan ini dapat dilakukan oleh guru
dengan memberikan siswa tugas untuk
dikerjaan.
d. Mengadakan
kontak pandang dan gerak
Disaat mengajar kontak pandang merupakan
cara terbaik untuk melihat peserta didik agar terfokus atau menarik
perhatiannya kepada apa yang disampaikan, kontak pandang sebaiknya dilakukan
oleh guru kesemua mata peserta didik. Selain menarik perhatian peserta didik
dengan kontak pandang guru juga dapat mengecek pemahaman siswa serta
mencerminkan keakraban anatara guru dan siswa dalam mengajar.
Kontak pandag tidak hanya dilakukan guru
disaat menyampaikan pembelajaran saja tetapi juga melakukan kontak pandang
disaat peserta didik berbicara hal ini bertujuan agar peserta didik merasa
diperhatikan.
e. Gerakan
badan dan mimik
Mengadakan variasi dalam gerakan badan
dan mimik dapat menyampaikan maksud atau pesan yang ingin disampaikan guru
meskipun tidak diucapkan langsung secara lisan.
Gerakan badan dan mimik dapat dijadikan
sebagai alat komunikasi yang lebih efektif dibandingkan dengan kata-kata yang
sulit dimengerti peserta didik atau kata-kata yang bertele-tele hanya akan
memperlambat penyampaian pesan yang dimaksudkan. Gerakan badan dan mimik dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
ü Ekspresi
Wajah, sepert: tersenyum, mengerutkan kening dan lain sebagainya
ü Gerakan
kepala, seperti: mengeleng, mengganguk dan lain sebagainya
ü Gerakan
tangan, seperti: mengacungkan jempol, bertepuk tangan dan lain sebagainya
ü Gerakan
bahu, seperti: menggangkat bahu
ü Gerakan
badan secara keseluruhan, seperti berdiri kaku, gerakan mendekati dan lain
sebagainya.
Dalam melakukan gerakan badan dan mimik
ini haruslah sesuai dengan keadaan guru ataupun peserta didik dan tujuan yang
ingin disampaikan.
f. Pengantian
posisi guru dalam kelas
Variasi posisi guru dalam kelas dapat
dilakukan dengan mempertahankan perhatian peserta didik, pengantian posisi
dapat dilakukan dengan:
ü Kadang-kadang
berdiri dan kadang-kadang duduk
ü Kesamping
kiri dan kanan peserta didik
ü Berjalan
kebelakang dan kedepan
Walaupun guru harus melakukan pengantian
posisi, bukan berarti guru harus selalu bergerak kesana kemari ada kalanya guru
juga berdiam saja ditempat agar peserta didik tidak menjadi binggung atau
pusing dengan posisi guru yang selalu berubah.[10]
2. Variasi
dalam Pengunaan Media dan Bahan
Media
berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “ tengah,
perantara atau pengantar” atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.
Garlach dan Ely ( 1971 ) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
peserta didik memperoleh pengetahuan sikap dan keterampilan.[11]
Variasi pengunaan jenis media yang satu kepada
jenis lain mengharuskan anak menyesuaikan alat indera sehingga dapat
mempertinggi perhatiannya karena setiap anak perbedaan kemampuan dalam
mengunaan alat inderanya ada yang suka mendengar ada yang suka melihat dan lain
sebagainya.
Media
dan bahan yang digunakan dapat menambah rasa ingin tahu peserta didik
pengunaan media dan bahan yang relavan
dengan tujuan pengajaran dapat meninggkat hasil belajar sehingga lebih bermakna
dan tahan lama. Media dan bahan yang akrab dalam dunia pendidikan ialah media dan
bahan yang berbentuk cetak, meskipun demikian guru dapat memvariasikannya
dengan media bentuk lain.[12]
Adapun
variasi dalam pengunaan media dan bahan antara lain sebagai berikut:
a. Variasi
media dan bahan yang dapat dilihat ( Visual )
Media
yang dapat dilihat ini, pada dasarnya bertujuan untuk manarik perhatian peserta didik untuk melihat dan serta
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik pada penglihatan. Media
dan bahan yang dapat dilihat yaitu berupa: Gambar, film, slide dan lain
sebagainya.
b. Variasi
Media dan bahan yang dapat didengar ( Audio )
Media
yang dapat dilihat ini, pada dasarnya bertujuan untuk manarik perhatian peserta didik untuk mendengar dan serta
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik pada pengdengaran. Media dan
bahan yang dapat didengar yaitu berupa: Rekaman suara, radio dan lain
sebagainya.
c. Variasi
media dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan
( motorik )
Media
dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan ini bertujuan untuk
melibatkan peserta didik membentuk dan
memperagakan kegiatannya. Media dan bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan
digerakkan yaitu berupa: boneka, topeng dan lain sebagainya.[13]
Selain
itu Dilihat dari variasi pengunaannya media dan bahan dapat digunakan secara
perorangan, kelompok peserta didik dan jumlah peserta didik yang sangat banyak.[14]
3. Variasi
Pola Interaksi
Pola
interaksi guru dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka
ragam coraknya. Variasi dalam pola interaksi bertujuan untuk menghindari
kebosanan dan menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu pola interkasi yang diterapkan guru
dalam kelas dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
Interaksi
belajar mengajar dapat digunakan dengan mengunakan strategi yang bervariasi.
Pengunaan variasi pola interaksi harus mempertimbangkan tingkat efektifitas dan
efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam
variasi dituntut adanya pola hubungan tertentu dengan semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.polahubungan tersebut disebut dengan pola
interkasi. Ada tiga macam pola interaksi
yaitu:
a. Pola
guru dengan peserta didik
Dalam
pola interkasi ini guru melakukan atau menyelenggarakan dialog dengan seluruh
peserta didik, apabila guru memunculkan pertanyaan, maka pertanyaan tersebut
ditujukan kepada seluruh kelas atau seluruh peserta didik bukan kepada peserta
didik secara individu.
b. Pola
guru dengan peserta didik secara individu
Dalam
pola interkasi ini baik pertanyaan maupun pernyaan guru langsung ditujukan
kepada salah seorang peserta didik tertentu tidak untuk semua peserta didik,
sehingga selanjutnya terjadi dialog dua arah
c. Pola
peserta didik dengan peseta didik
Setelah
guru memberikan pengarahan atau pengantar kemudian dilontarkan permasalahan ke
kelas agar terjadi diskusi antara peserta didik dalam mengupas atau
menyelesaikan suatu permasalahan [15]
E. KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
1. Kelebihan
Setiap
keterampilan yang digunakan oleh guru tentu memiliki kelebihan-kelebihan
sehingga guru menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, adapun kelebihan dari
keterampilan mengadakan variasi diantaranya:
ü Kegiatan
pembelajaran menjadi menyenangkan baik bagi guru maupun bagi peserta didik.
ü Peserta
didik menjadi semangat, penuh perhatian serta ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran.
ü Tujuan
pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien.
2. Kekurangan
Selain
memiliki kelebihan keterampilan mengadakan variasi tentunya juga memiliki berbagai kekurangan-kekurangan.
Kekurangan ini sering terjadi karena guru yang kurang terampil atau kurang
mampu menerapkan keterampilan mengadakan variasi, sehingga muncullah
permasalahan-permasalahan diantaranya:
ü Apabila
guru salah atau keliru dalam mengadakan variasi yang dilakukannya, maka peserta
didik juga akan salah penafsirannya dari pesan yang ingin disampaikan oleh guru.
ü Apabila
guru berlebih-lebihan dalam mengadakan variasi, maka pelajaran akan tergangu
dan tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai secara efektif dan efisien.
ü Tidak
semua siswa dapat menerima variasi yang diberikan oleh guru, sehingga kadang
siswa malah binggung dengan adanya variasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bambang
Marhijanto. 1999. Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini. Surabaya: Terbit Terang.
Ahmad
Sabri .T.Thn Strategi Belajar Mengajar
Micro Teaching. T.Tmpt: T.P.
Didi
Supriadie. 2012. Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosdakarya.
Syaiful
Bahri Djamarah. Aswan Zain. 1996 Strategi
Belajar Mengajar. Edisi Baru Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful
Bahri Djamarah. 2006 Aswan Zain. 1996 Strategi
Belajar Mengajar. Edisi Revisi Jakarta: PT Rineka Cipta.
Zainal
Amir. 2010. Micro Teaching. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Eni
Purwati, dkk. 2009. Microteaching LAPIS
PGMI. Surabaya: Aprinta.
Azhar
Arsyad. 2010. Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Press.
Deni
Darmawan. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Wina
Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Daryanto.
2010. Media Pembelajaran Peranannya
sangat Penting dalam Menyampaikan Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Media.
Syaiful
Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
E
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Professional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moh.
Uzer Usma. 2010. Menjadi Guru
Professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Buchari
Alma. 2009. Guru professional Menguasai
Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Rusman.
2011. Model-Meodel Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[1] Bambang
Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Masa Kini, ( Surabaya:
Terbit Terang, 1999 ) hlm. 306
[2] Ibid. Hlm. 317
[3] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,
( T.Tmpt: T.P, T.Thn ) hlm. 94.
[4] Didi Supriadie, Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, ( Bandung: PT Rosdakarya, 2012) hlm. 156.
[5] Syaiful Bahri Djamarah,
Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Edisi
Baru, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996 ) hlm. 181-185.
[6] Zainal Amir, Micro Teaching, ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012 ) hlm. 86.
[7] Ahmad Sabri, Op.Cit.
hlm. 95.
[8] Eni Purwati, dkk, Microteaching LAPIS PGMI, ( Surabaya:
Aprinta, 2009 ) hlm. 8-9
[10] Syaiful Bahri Djamarah,
Op.Cit. hlm. 188-190.
[11] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Rajawali
Press, 2010 ) hlm. 3.
[12] Deni Darmawan, Inovasi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012 ) hlm. 44.
[13] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, ( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009 ) hlm. 41.
[14] Daryanto, Media Pembelajaran Peranannya sangat Penting
dalam Menyampaikan Tujuan Pembelajaran, ( Yogyakarta: Gava Media, 2010 )
hlm. 187.
[15] Eni Purwanti, Op.Cit.
hlm. 8-13 – 8-14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar